Ligina Sportindo

Football Officials - Agents Licensed by the Federation of International Football Associations (FIFA)

Profile

....///

23 January 2009

Pemain Persija Berniat Hengkang




Kamis 20 November 2008, Jam: 19:27:00

JAKARTA (Pos Kota) - Empat pemain teras Persija Jakarta berniat meninggalkan tim karena tiga bulan belum menerima gaji sejak Agustus hingga November ini.

Selain itu, uang muka (down payment) sebesar 25 persen yang harus dibayarkan pada Maret lalu, hingga kini juga belum dibayar.

Pemain yang berniat meninggalkan tim Persija Jakarta adalah Robertino Gabriel Pugliara (Argentina), Greg Nwokolo (Nigeria) serta dua pemain lokal lainnya, yakni Firmansyah dan Bachtiar.

Bantuan APBD DKI Jakarta untuk tim Persija, hingga kini juga belum cair karena memang tidak diperbolehkan sesuai aturan Menteri Dalam Negeri.

Eddy Syahputra, agen pemain dari Ligina Sportindo kepada wartawan di Senayan, Kamis (20/11), menjelaskan wajar pemain ingin meninggalkan klubnya kalau hak mereka tidak dipenuhi.

Sedangkan kewajiban pemain, sudah dilaksanakan termasuk membawa tim Macan Kemayoran berada di peringkat dua klasemen Liga Super Indonesia 2008/2009.

TAK MENENTU
Sejak dikontrak Maret lalu, lanjut Eddy Syah, pemain praktis menerima gaji secara tidak menentu.

Misalnya, manajemen tim Persija hanya membayar sebulan gaji dari tiga bulan yang sudah berjalan. "Tiga bulan bayar sebulan gaji. Siapa yang tahan," katanya.

Keluhan pemain Persija itu, sudah disampaikan kepada Badan Liga Indonesia (BLI) PSSI melalui komunikasi tatap muka maupun surat resmi.

Direktur BLI, Joko Driyono mengatakan, akan memanggil pengurus klub untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Hanya saja, lanjut Eddy Syah, Joko menegaskan bahwa pemain tidak boleh mogok baik saat latihan maupun bertanding.

Asisten manajer tim Persija Jakarta, Ferry Indrasyarief yang dimintai keterangan soal gaji pemain itu, tak berhasil dihubungi.

Seorang wanita yang mengaku ibunya mengangkat telepon seluler Ferry, dan mengatakan kalau anaknya harus dibawa ke RS Puri Cinere karena buang-buang air

Sports Agents Licensed by FIFA


Saturday, 13 September, 2008 | 13:47 WIB

TEMPO Interactive, Jakarta:Seven agents representing professional football players in Indonesia were licensed by the Federation of International Football Associations (FIFA) after they passed a criteria test in September last year.

Four of the seven agencies are Indonesians. They are Azizah Noor (Viv Football Indo Management), Rudi Hermanto (Indo Bola Mandiri), Eddy Syahputra (Ligina Sportindo) and Ratna Mustika (Champion Stars). The other three are Alex Banmou (a Cameroon national, Bangun Sportindo), Onana Jules (a Cameroon national, Mutiara Hitam Sport & Management), and Nelson Leon Sanchez (a Chilean, PT Sanchezgol Management).

"The FIFA license will open up opportunities for these agents to go international," Ligina owner, Eddy said. "But for now, we will focus on the local talent."

All Indonesia Football Federation (PSSI) Status Conversion and Transfer Status director, Max Boboy said that as FIFA-licensed agents, they can buy and sell players around the world. "They are authorized to do this anywhere," he said.

Meanwhile, four other Indonesian agents who passed the test but who have not been licensed by FIFA are Jaime Rojas, Yeyen Tumena, Slamet Owrip Prihadi and M. Haris Fambudy. "Passing the test is not enough to be an agent licensed by FIFA. They need to fulfill other requirements, like being insured. They must immediately submit the necessary requirements if they want to obtain the FIFA license," Max Boboy said.

YON MOEIS
Sumber : Tempointeractive.com

Nwokolo Bakal Tinggalkan Persija


Kamis, 20 November 2008 | 20:14 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Greg Nwokolo dan Robertino Gabriel Pugliara bisa meninggalkan Persija Jakarta jika klub elite Ibukota itu tidak segera memenuhi kewajibannya. Kedua pemain asing ini belum menerima uang muka 25 persen dari nilai kontrak yang seharusnya diterima Maret lalu dan belum menerima gaji sejak Agustus hingga November ini.

Eddy Syahputra, pemilik agen pemain Ligina Sportindo, membenarkan kondisi terakhir kedua pemainnya itu. “Wajar jika kini mereka menuntut hak setelah keduanya menjalani kewajiban sebagai pemain,” kata Eddy di Jakarta kemarin. “Mereka telah membawa Persija ke papan atas Liga.”

Selain Nwokolo (Nigeria) dan Robertino (Argentina), Ligina Sportindo juga memasok dua pemain lokal ke Persija, yaitu Firmansyah dan Bachtiar. Menurut Eddy, empat pemain ini sudah ada yang mengincar. Tapi mereka tidak bisa begitu saja meninggalkan Persija.

Menyikapi kondisi empat pemainnya itu, Eddy sudah berkirim surat ke Badan Liga Indonesia. Direktur kompetisi Badan Liga Joko Driyono, menurut Eddy, akan menjadi penghubung antara Ligina Sportindo dan manajemen Persija. Bahkan Joko akan segera memanggil pengelola Persija untuk menyelesaikan persoalan ini.

“Mas Joko berpesan kepada saya agar pemain tetap patuh kepada klub dan tidak boleh mogok main dan latihan,” kata Eddy. YON MOEIS

Sumber : TempoInteraktif.com

22 January 2009

Leo Chitescu resmi Gantikan Benson




MALANG - Nama Leo Chitescu akhirnya tertera dalam daftar pemain Arema untuk putaran kedua Indonesia Super League (ISL) nanti. Pemain asal Rumania tersebut sudah resmi berkostum Singo Edan untuk 6 bulan ke depan setelah membubuhkan tanda tangan kontrak di kantor Arema sekitar pukul 11.00, kemarin.

Masuknya Leo dalam daftar pemain Arema bisa dibilang cukup mengejutkan. Sebab, sebelumnya nama mantan pemain Persib Bandung tersebut sudah dicoret saat mengikuti seleksi di Arema pada pertengahan Desember 2008 lalu. Apalagi, jelas pelatih Arema Gusnul Yakin, Leo dicoret karena tipikal permainannya nyaris sama dengan Souleymane Traore.

Yakni mempunyai kelebihan dalam menyerang, namun lemah saat bertahan. Sebenarnya, untuk posisi playmaker, mantan pelatih Persiter Ternate tersebut menginginkan Mathias Chago, Danilo Fernando, atau Cristian 'Chiko' Olivares. Hanya saja, untuk mendapatkan Chago dan Danilo, Arema terbendung dengan masalah harga. Sedangkan untuk mendapatkan Chiko, Arema tersandung dengan status pemain asal Cile tersebut. Chiko pada musim sebelumnya hanya bermain di klub amatir di Cile.

Nama Leo juga sebenarnya diragukan. Sebab, pasca memperkuat Persib pada 2007 lalu, Leo sempat menganggur karena tak mendapatkan klub.

Sehingga dikhawatirkan feeling ball dan fisiknya kurang memadai.Namun, karena Arema tak kunjung juga mendapatkan jenderal lapangan yang berkualiatas, Leo dipanggil kembali oleh Gusnul untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Esaiah Pello Benson.

Asisten manajer Arema Muhammad Taufan mengatakan, Leo dikontrak manajemen karena sudah ada lampu hijau dari Gusnul. "Semua pemain Arema yang teken kontrak merupakan hasil rekomendasi pelatih, kemudian ditindaklanjuti oleh manajemen. Nama Leo juga direkomendasikan pelatih," ucap Taufan.Selama memperkuat Arema, pemain yang pernah memperkuat PSM Makassar tersebut tak mendapatkan fasilitas rumah dan mobil seperti pemain asing lainnya. "Leo akan tinggal di mess," tambahnya.

Untuk mendapatkan Leo, kabarnya Arema mengeluarkan dana sekitar Rp 200 juta untuk biaya kontrak. Sedangkan untuk nilai transfer, Arema tak dikenakan biaya. Sebab, Leo tak mempunyai klub setelah meninggalkan Persib.Karena sudah resmi berkostum Arema, hari ini Leo juga akan diajak untuk mengikuti training centre (TC) di Bali hingga 11 Januari mendatang.

Sementara Eddy Syahputra, agen Leo yang berada di bawah bendera Ligina Sportindo mengatakan, untuk harga kontrak, Leo bisa dibilang murah. "Nilai kontraknya harga kekeluargaan. Arema juga tak menyediakan rumah dan mobil, pokoknya murah," ucap Eddy.Menurut Eddy, pemainnya tak perlu mendapatkan verifikasi.

Sebab, dia tak bermain di klub asing. Pemain asing yang perlu mendapatkan verifikasi adalah pemain yang bermain di tim asing. Ada dua verifikasi yang wajib dipenuhinya. Yakni tim lama pemain itu harus lolos verifikasi. Selain itu, pemain yang bersangkutan juga harus 80 persen bermain di klub lamanya."Untuk Leo tak perlu. Karena dia tak memperkuat klub luar negeri," jelas Eddy. (fir/abm)
Sumber : Jawa Pos , 11 Januari 2009

Daftar Hitam Pemain Asing


Yon Moeis Wartawan Tempo.
Eddy Syahputra agaknya ingin mengunci perasaannya sejenak. Dia berada di rumah ketika Persija Jakarta menghentikan perlawanan PSIS Semarang 5-0 di Stadion Gelora Bung Karno, Minggu malam, 7 September lalu. Partai yang disaksikan sekitar 40 ribu pasang mata itu tentu saja–setidak-tidaknya bagi Eddy–sangat tidak menyenangkan. Malam yang dia harap menjadi malam yang indah seketika berubah menjadi malam pembantaian.

Bisa jadi Eddy Syah–begitu lelaki berdarah Aceh yang pesolek itu biasa dipanggil–tak ingin ikut menumpahkan perasaannya pada partai penting itu. Dia tak ingin terlibat lebih dalam dan memilih menonton dari rumah karena pemain-pemainnya bertanding di sana.

Sebagai agen pemain yang sudah berlisensi FIFA, Eddy tak bisa “menjamah” pemain ketika pemainnya sudah menjadi milik klub. Yang hanya bisa dia lakukan adalah mengoreksi dari jauh dua pemain Persija, yakni Roberto Pugliara, yang tak mampu berperan sebagai jangkar, dan Greg Nwokolo, yang selalu tergesa-gesa masuk ke jantung pertahanan lawan. Atau kepada Christian Gaston Castano (pemain berdarah Argentina itu bergaji Rp 40 juta di PSIS), yang belum juga mencetak gol.

Pemilik agen pemain Ligina Sportindo itu tak bisa melakukan apa-apa ketika wasit sudah meniup peluit tanda pertandingan dimulai. Jika dia harus membisikkan sesuatu, bisikan itu adalah bahwa pemainnya harus bermain baik dan berkelakuan baik sepanjang 90 menit, saat menjelang pertandingan.

Rabu siang lalu, saya bertemu dengan Eddy ketika pemain asing kembali digugat. Sambil menikmati sop kaki dan tempe penyet di lantai bawah pusat belanja FX, kami ngobrol seputar kelakuan pemain-pemain asing yang bermain di Liga Super. Saya ingin bertemu dengan kawan yang satu ini setelah Max Boboy, Direktur Status dan Alih Status PSSI, mengingatkan saya akan pemain-pemain asing yang masuk daftar hitam.

Om Max–begitu saya memanggil Max Boboy–terlihat begitu cemas melihat Liga Super masih diwarnai aksi-aksi konyol pemain asing. Dia terlihat sangat emosi mendengar aksi tidak terpuji yang dilakukan Emile Bertrand Mbamba, pemain Arema Malang, ketika terjadi kerusuhan dalam partai Arema versus PKT pada 13 September lalu. Pemain berdarah Kamerun yang pernah memperkuat Vitoria Setubal, Liga Super Portugal, itu akhirnya kena sanksi Komisi Disiplin lima tahun dan denda Rp 50 juta. Hukuman ini tentu saja menamatkan kariernya di Indonesia.

Mbamba adalah pemain hitam yang masuk bersama 45 pemain lain yang not recommended, yang tentu saja membetot perhatian Max. Max begitu benci dengan mereka–para pemain asing itu–yang mengumbar emosi.

Saya tak hendak memancing emosi Max Boboy ketika dia menyebut pertalian pemain asing dengan pemilik klub dan juga agen pemain ketika peristiwa yang menjijikkan itu terjadi di lapangan. Saya hanya terdiam saat dia kembali menegaskan bahwa klub, juga agen pemain, tidak boleh begitu saja melepas pemain (asing). Mereka, kata Max, harus ikut bertanggung jawab dan ikut membina.

Eddy Syah seketika bereaksi ketika saya meneruskan masalah ini kepadanya. Ketika obrolan seputar pemain asing berlangsung, dia tidak dalam posisi dilematis. Dia sangat apresiatif ketika Pierre Njanka Beaka–lahir di Kamerun, 15 Maret 1975, dan pernah bermain di Al-Wahda FC–mengancam manajemen Persija agar membayar kontraknya. Dia juga sependapat jika Mbamba mendapat hukuman berat sesuai dengan yang dia lakukan. Keputusan menghukum pemain Arema itu selama lima tahun adalah keputusan yang tepat jika tidak dikatakan sebagai shock therapy.

Wahai pemain asing, masih inginkah kalian mencari makan di Indonesia?
Sumber : Koran Tempo, Minggu, 12 Oktober 2008, Ilustrasi Imam Yunni